kisah kasih disekolah vs cinta segi 3 Part 2




Cerita ini sepenuhnya Ku dedikasikan untukmu kekasihku. Selamat Ulang Tahun dan semoga nyenyak dalam Tidur Panjangmu. Sampai ketemu disurganya Allah. Terimakasih sudah menemani lebih dari seribu malamku.

Terimakasih pada temanku Maja sanjaya, Riska devita, Anha faluvi, kalian inspirasi dari cerita ini :)


created by: sunarwaty putri sari panggabean

Hujan masih meninggalkan sisa – sisa basahnya dibalik rimbun dedaunan. Namun diseberang sana pelangi perlahan – lahan samar muncul menyemburatkan warna indahnya. Diujung taman tampak sepasang kecoa sedang berusaha menyelamatkan diri dari badan parit yang arusnya tampak masih deras. Sementara koloni semut sepertinya menyumpah serapah karena rumahnya hancur luluh berantakan.

Tak ada hal istimewa sebenarnya. Kecuali sekumpulan anak laki-laki yang tengah berlari mengejar benda bulat yang terus menggelinding kesana kemari. Becek dan lumpur bukan jadi penghalang, karna inilah saat yang paling ditunggu-tunggu, soccer after rain. Lalu lihatlah pemuda dengan potongan rambut cepak itu, dia tampak paling bersemangat diantara teman yang lainnya.

“Masa, oper dong bolanya, kamu makan sendiri aja sih dari tadi” ujar seorang temannya protes.
“Hahaha.. kejar dong, masa segitu aja udah nyerah.. katanya anak teknik. Anak teknik tu enggak boleh lemah tau” cibirnya menggoda
“Aku udah semput nih Masa, udahan ah mainnya” ujar teman yang satunya lagi.
“Ya udah deh, kalo kalian udah nyerah. Enggak asik banget mainnya, Vita juga udah nungguin aku dipinggir lapangan”
“Hadeh, tau lah yang gadisnya setia menunggu sang arjuna dipinggir lapangan, pantesan aja mainnya semangat banget, cie cie” goda seorang teman.
“hohoho, tau aja loe, udah ah, aku duluan ya”
“Kakak enggak capek ya?” tanya Vita
“hah? Kenapa dek? Kakak enggak dengar”
“Vita bilang, kakak enggak capek ya? Kan lari-larian” ujarnya menjelaskan.
“Oh Itu toh. Enggak kok, seru malahan lari-larian sekalian cari keringat, kamu mau langsung pulang atau jalan dulu?” tanya Masa
“Langsung pulang aja deh kak, udah sore banget ni, kakak juga kan harus istirahat”
“ok deh, kakak keluarin motor dari parkiran dulu ya”.

Langit masih terlihat mendung, tampaknya hujan sore tadi masih enggan meninggalkan bumi. Perlahan-lahan hujan turun kian menderu, Masa kian merapatkan selimut ketubuhnya. Namun tiba-tiba handphonenya berbunyi.

“Halo Assalamu’alaikum dek” ujarnya seraya menahan dingin
“Wa’alaikumsalam kak, loh suara kakak kok aneh gitu sih?” tanya suara diseberang telepon
“iya nih, kakak kedinginan. Tadi waktu nyampe rumah enggak langsung mandi tapi nyuci motor dulu”
“hm, kan tadi Vita udah bilang kak Masa istirahat aja. Ya udah kalo gitu kakak lanjut aja istirahatnya. Oh iya, minum obat dulu sebelum tidur, sampe ketemu disekolah besok ya kak, Assalamu’alaikum”
Masa mendesah lemas, “Wa’alaikumsalam dek”.

Malampun kian beranjak, perlahan tapi pasti satu demi satu mata kian terbenam dibuai kantuk yagn siap membawa pemiliknya melanglang buana dialam mimpi. Tapi tidak dengan Hana, sahabat Vita yang tengah menulis sesuatu dibuku hariannya.

dear diary,
Aku masih melihatnya sore ini, dia main bola loh. Kamu tau enggak? Dia kelihatan paling bersinar diantara pemain lainnya. Hm, coba aja kamu tadi lihat dia, mungkin kamu juga bakal ngerti kenapa sampai sekarang aku masih suka sama dia. Tapi, sekarang dia udah jalan sama Vita, iya Vita sahabat aku. Aku sedih sih, tapi bahagianya kak Masa dan Vita itu penting buatku. Oh iya, udah dulu ya.. besok aku cerita lagi deh sama kamu. Udah malam, bobo yuk.. J 
With love
Hana”

Hana dan Vita bersahabat sejak mereka duduk dikelas VIII, perkenalan mereka bermula saat Hana datang terlambat dan pagar sekolah sudah ditutup. Sedangkan security tidak juga memberinya izin untuk masuk. “Kalau saja tadi aku bangun lebih awal tadi, pasti aku enggak bakal nunggu diluar pagar gini” ujarnya kala itu. Lalu seorang murid perempuan lain datang menghampiri dan menyapanya, ”hei, ngapain ngedumel sendiri disitu, ayo ikut aku” ajaknya tiba-tiba sambil menarik tangan Hana, Hana terkejut ingin protes, namun setelah melihat lambang sekolah yang sama dengan miliknya, Hana hanya bergerak mengikuti langkah perempuan itu. “nah, kita lewat sini aja, kamu bisa manjat kan?” tanya perempuan itu sambil menunjuk pagar didepan mereka.

“hah? Manjat? Aduh, itukan bahaya, gimana kalo ntar kita jatuh, atau gimana kalo kita ke ketangkap sama security tadi? Enggak ah, aku enggak berani” jawabnya takut.
“udah santai aja, percaya sama aku, sini aku bantu, satu.. dua.. tiga.., Huup.. nah tuh bisa” dia terlihat puas.
“huft, nyaris aja, ini kali pertamanya loh aku telat, apalagi sampe loncat pagar gini”.
“hahaha, pantesan aja kamu ketakutan gitu, mana pake acara pucat lagi tu muka, eh kenalin aku Vita, kamu siapa namanya?” ujarnya seraya menyodorkan tangan
“eh, Aku? Namaku Hana”

Singkat dan cukup unik memang perkenalan mereka, tapi sejak saat itu mereka mulai dekat, sikap Hana yang cenderung pendiam dan pemalu berbeda dengan sikap Vita yang Rame dan blak-blakan. Perbedaan itu yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk bersahabat. Sekarang mereka telah duduk di bangku kelas XI disalah satu sekolah terbaik yang dimiliki kota ini.

Sudah dua hari Masa tidak masuk sekolah, Vita jelas – jelas terlihat kecemasan pada raut wajahnya, sedang Hana hanya bisa menyimpan kekhawatirannya dalam-dalam. Lalu entah dari mana tiba-tiba terucap ide dari mulutnya “Vit, gimana kalau kamu jenguk kak Masa, kan enggak enak kalau kamu enggak datang jenguk” saran Vita
“iya juga ya, aku juga khawatir nih. Soalnya Hp kak Masa juga enggak aktif. Kamu mau kan temenin aku ntar pulang sekolah?” tanyanya

“hm, hari ini aku dapat giliran piket loh, kalau kamu mau nungguin aku sih enggak apa-apa”
“ok, fine by me makasih ya Hana sayang..” jawabnya sambil merangkul leher sahabatnya itu.

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Sepanjang jam pelajaran terakhir fikiran Hana tidak benar-benar berada didalam ruangan kelas. Fikirannya terus tertuju pada seperti apa nantinya dia berusaha menutupi perasaannya pada Masa, terlebih pada Vita sahabatnya yang jelas-jelas mengetahui semua isi hatinya?, Seperti apa rasanya jika Vita bersenda gurau dengan Masa? Apakah begini? Apakah begitu? Semua menyisakan sejuta tanya dalam dirinya.
Sesampainya dirumah Masa seorang perempuan yang ternyata ibunya Masa menyambut mereka ramah, “Silahkan masuk dek, temannya Masa ya? Masa lagi istirahat dikamarnya, masuk aja ya, ibu buatkan minum sebentar” ujar ibu itu ramah.
“iya bu, kenalin saya Vita dan ini teman saya Hana. eh, enggak usah repot-repot bu, biar Vita aja yang buat. Ibu tunjukin aja dimana Vita bisa buat Minumnya” jawab Vita memberi ide. Jelas Hana terkejut dengan sikap spontan Vita. Tapi Vita mengetahui perubahan ekspresi dari sahabatnya itu, Vita lantas menyikut lengan Hana pelan seraya mengedipkan sebelah matanya seakan mengisyaratkan “ gue tau yang gue lakuin”. Hana hanya bisa maklum dengan sikap sahabatnya yang susah ditebak ini.
“Oh ya udah kalau gitu, kamu ikut ibu kedapur, nah nak Hana boleh lihat Masa dikamarnya, Masa lagi tidur sih tadi, tapi nak Hana bangunin aja Masanya”
“iya bu” jawab Hana pelan
Sesampainya dikamar Masa, Hana seakan – akan membeku langkahnya. Melihat keadaan Masa yang terkulai lemas membuat Hana tak dapat berkata – kata, Hana tampak tak tega dengan keadaan Masa, rasa khawatir dan  rindu bercampur jadi satu, tanpa sadar butiran bening mulai bersarang dikelopak matanya. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya..
“memangnya keadaan kakak sebegitu menggenaskan ya dek? Sampai kamu ngelihatnya berkaca-kaca gitu” tanya Masa dengan suara paraunya
“hah, kak Masa udah bangun? Maaf ya kak, Hana udah ganggu istirahat kakak” jawab Hana seraya berusaha menyeka air matanya
“enggak apa-apa kok dek, kakak juga capek tiduran terus. Oh iya Vita mana Hana?”. Belum saja Hana akan menjawab Vita datang sambil membawa minuman. “wah, putri tidur kita udah bangun ya? Duh, masa karna hujan aja langsung tepar, enggak anak teknik banget sih” cibirnya menggoda.
“hm, Kakak malah dibilangin putri tidur, enggak sopan nih anak” jawab masa sambil berpura-pura kesal.
“hahaha, yee gitu aja ngambek. Enggak asik ah, iya enggak Han?, eh Hana kamu habis nangis ya? Mata kamu merah gitu, kamu kenapa?” tanya Vita menyelidik.
“eh, enggak kok.. aku shock aja lihat ni kamar berantakan kayak puing pesawat sukhoi, eh aku keluar bentar ya. Ada telp masuk nih” ujarnya secara tiba-tiba.
Sebenarnya bukan Vita tak tahu alasan mengapa mata Hana memerah. Dia tahu dengan jelas setiap apa yang dirasakan Hana, setidaknya sebelum Vita dan Masa menjalin hubungan. Setelah itu, tak pernah sekalipun Hana bercerita tentang Masa ke pada Vita, tapi rasanya tanpa bertanyapun Vita sudah tahu jawabannya. Hana mencintai Masa, namun tak ingin kehilangan Vita sahabatnya.

Seminggu setelah kejadian itu Hana tampak semakin menutup diri dari Vita, meskipun Vita acapkali bertanya apakah Hana baik-baik saja, Hana hanya menjawab “I’m fine by the way, kamu enggak perlu cemas, aku cuma lagi enggak semangat aja” selalu itu jawaban yang terlontar dari mulut Hana. Tampaknya Masa juga mulai merasa ada yang aneh pada sikap Hana, Hana yang setiap latihan palang merah biasanya banyak bertanya pada Masa, kini cenderung lebih pendiam dan mengalami kemajuan yang pesat dalam memahami setiap materi yang diajarkan padanya. Lalu suatu ketika disela-sela latihan Masa bertanya pada Vita “dek, kamu ngerasa ada yang aneh enggak sama Hana?” tanyanya mengejutkan Vita.
“aneh gimana kak?”
“iya, aneh aja. Minggu kemaren dia masih baik-baik aja tuh, kok sekarang pendiam banget ya” tanya Masa dengan wajah bingung.
“loh, Hana kan memang pendiam dari dulu kak, kenapa ngerasa anehnya sekarang?” jawab Vita tenang.
“bukan, maksud kakak itu… hm, ya udah deh, mungkin emang perasaan kakak aja, entar mau pulang bareng enggak?” Masa berusaha mengalihkan pembicaraan.
“boleh, tapi aku bilang sama Hana dulu ya kak”

Malamnya dirumah Hana, Hana lagi-lagi sedang asik berkutat dengan diary kesayangannya. kali ini dia menuliskan kejadian saat dia melihat Masa terkulai lemas, saat rindu yang dirasakannya memaksa ingin terucap dari mulutnya, saat hatinya cemburu melihat keakraban Vita dan Masa, saat semua cerita yang terjadi berjalan tak sesuai harapannya. Akhirnya, Hana tertidur sambil memeluk diary-nya dengan rindu yang berusaha diredamnya dalam-dalam. Dalam tidurnya Hana bermimpi sedang melihat Masa sedang bermain bola, namun kali ini Masa bermain bola ditengah hujan, lalu disaat itu pula Vita datang memanggilnya pulang. Sedang Hana lagi-lagi hanya mampu mengaguminya dari kejauhan.

 Paginya digerbang sekolah,

“hei, bengong aja. Masih pagi juga” ujar Masa mengejutkan Hana
“eh, kak Masa, ngagetin aja. Lagi nunggu Vita ya?” tanya Hana menutupi kegugupannya
“enggak kok, kakak nungguin kamu, ada yang buat kakak penasaran nih”
“hah? Sekarang? Apaan? Soal Vita lagi ya? Masih pagi juga” tanya Hana bertubi-tubi
“hahahaha.. ya ampun Hana, kata orang-orang kamu itu pendiam loh, tapi kok pertanyaan kamu panjang banget, ok kakak jawab satu persatu ya, pertama iya kakak mau ngomong sekarang, kedua ini soal sikap kamu yang belakangan ini aneh, dan yang ketiga ini jelas bukan soal Vita, keempat berhubung masih pagi fikiran kakak juga masih fresh, jadi sebaiknya kita ngomong sekarang aja” Masa menjawab secara terperinci maksud dan tujuannya.
“tapi kak, kok tiba-tiba? Hana enggak kenapa-kenapa loh kak. Suer deh.” Hana sepenuhnya berbohong pada Masa, padahal dalam hatinya Hana berkata “ iya, aku berubah karena aku enggak mau ngerusak persahabatan aku dan Vita, aku berubah karena aku harus terus menerus menutupi perasaanku, aku berubah karna aku selalu berusaha membunuh setiap rinduku, aku bahkan membenci diriku yang enggak bisa melupakanmu”.
“jadi beneran kamu enggak apa-apa? Huft syukurlah. Kakak enggak mau aja terjadi sesuatu sama kamu, apalagi kamu itu sahabat Vita” jelas Masa.
“jadi benar dong ini ada hubungannya sama Vita?” tanya Vita menyelidik.
“Secara enggak langsung sih ada, tapi ya udah deh kalau kamu emang enggak kenapa-kenapa, kakak masuk kelas dulu ya, bye..”
Tiba-tiba entah dari mana muncul keberanian hana “eh, kak tunggu..”
“iya, ada apalagi Hana?”
“eh, enggak jadi deh. Mendadak lupa mau bilang apa, hehehe maaf yaa”
“hm,, dasar ya kamu.. udah sana kamu juga masuk kelas. Udah mau bell ni” Masa pun berlalu dan menghilang dibalik koridor.
“maaf kak, lagi-lagi aku enggak bisa jujur dengan perasaanku, makasih sudah mengkhawatirkanku” ujarnya lirih.
“Hayoo.. lagi-lagi masih pagi udah bengong, anak perempuan enggak baik tau bengong pagi-pagi, tapi itu juga menurut ilmu sok tahu aku sih” tiba-tiba Vita datang mengejutkan Hana.
“enak aja, siapa yang lagi bengong. Aku lagi nungguin kamu nih Vit, lama amat sih datangnya. Kamu pasti belum selesai kan  buat Pe-er Kimia? Nih, aku pinjamin punya aku”.
“Hah? Ada Pe-er ya? Mampus deh gue, makasih Hana sayang, you are my savior dah pokoknya” jawab Vita riang.
Hari ini Hana izin untuk tidak ikut latihan Palang Merah dengan alasan tidak enak badan, Vita cukup maklum karena menurutnya Hana memang sedikit butuh istirahat, ditambah lagi wajah Hana benar-benar terlihat pucat. Vita juga berpesan bahwa setelah selesai latihan akan datang menjenguk Hana. Hana hanya mengangguk pelan dan berlalu pulang. Namun saat latihan Masa bertanya pada Vita perihal ketidakhadiran Hana sore ini. Vita lantas berkata “ kenapa belakangan ini kakak perhatian banget sama Hana? Ada rasa sama dia?” tanya Vita cemburu.
“Loh, kamu ngomong apa Vita? Dia kan sahabat kamu, otomatis sahabat kakak juga. Kamu kok jadi aneh sih kalau kakak tanya-tanya soal Hana? Kamu cemburu?” tanya Masa sengit.
“Hah? Kenapa cemburu? Hana kan sahabat aku, tuduhan kakak enggak mendasar banget”
“Kakak bukannya menuduh Vita sayang, wajar kan kalau kakak bertanya? Ya udah kalau kamu enggak suka kakak bahas soal Hana, kakak enggak akan bahas-bahas lagi” jawab Masa sambil mengusap-usap kepala Vita untuk mencairkan suasana sedang Vita hanya bisa bersemu merah wajahnya diperlakukan seperti itu.

Sorenya sepulang latihan Vita benar-benar menepati janjinya untuk menjenguk Hana, tapi saat Vita sampai kerumah Hana, Hana tengah Mandi dan Ibu Hana segera menyuruh Vita untuk menunggu dikamar Hana saja. Sudah biasa memang bagi kedua sahabat ini untuk bercerita dikamar mereka. Vita lantas langsung menghempaskan badannya dikasur hana. Vita selalu takjub dengan cara Hana merawat kamarnya. Semua tertata rapi. Mulai dari tumpukan buku-buku, CD player, bahkan untuk hal detail lain seperti kebersihan ruangan. Berbanding terbalik dengan keadaan kamar Vita, sehingga siapa saja yang melihat seakan – akan mendapatkan gambaran akan surga dan neraka. Lalu saat Vita berusaha untuk membetulkan letak bantalnya, tanpa disengaja Vita melihat sebuah benda berbentuk persegi dengan warna biru yang bertuliskan Hana’s diary. Awalnya Vita tak berniat untuk mencari tahu isi diary tersebut, tapi rasa ingin tahunya segera menguasai dirinya Vita juga berfikir bahwa tak perlu ada yang disembunyikan karena mereka memang bersahabat.

Halaman demi halaman Vita hanya tersenyum membaca tulisan yang ada didalamnya. Semua berisi tentang kejadian – kejadian yang biasa dialami oleh Hana dan Vita. Mulai dari perkenalan mereka, acara ulang tahun Vita yang meriah, upacara pelepasan mereka saat dibangku kelas IX yang lalu. Selanjutnya acara Masa Orientasi Siswa disekolah. Saat Vita dan Hana berada di Regu yang berbeda, semua benar-benar membuat Vita terkenang akan semua kenangan manis mereka berdua dulu. Tentunya sebagai sahabat.

Lalu dilembar – lembar berikutnya, tak ada lagi senyum diwajah Vita, kini semakin lama cerita yang tertulis didalam diary itu berubah menjadi sepenuhnya tentang Masa. Ternyata sejak awal bertemu, hanya ada Masa dalam ingatan Hana. Bahkan di diary itu tertulis awal pertemuan mereka saat Hana terlambat mengikuti pelajaran perakitan komputer dan pengelolaan informasi dan tidak tahu harus pergi keruangan mana diantara sekian banyak ruang kelas, hanya Masa satu-satunya orang yang pertama kali menyapanya dan hanya Masa pula orang yang bersedia menunjukkan jalan bahkan mengantarkannya. Namun anehnya Hana tak mampu mengucapkan sepatahpun kalimat terimakasih karena Hana telah terbius dengan senyum Masa. Sejak itulah Hana mengagumi sosok Masa. Perlahan tapi pasti rasa kagum itu sedikit demi sedikit tumbuh menjadi rasa suka, rindu, bahkan rasa cinta.

Vita semakin larut dalam bacaannya, semakin lama tulisan dalam diary itu membuka kembali kepingan ingatan Vita akan kejadian – kejadian beberapa waktu lalu. Alasan Hana memutuskan untuk mengikuti Palang Merah adalah agar bisa bertemu dengan Masa. Bahkan disitu tertulis dengan jelas “ Hanya melihatnya dari jauhpun aku sudah bahagia”.

Dihalaman berikutnya adalah hari - hari dimana Hana bercerita pada sahabatnya Vita tentang isi hatinya dan rasa syukur Hana telah memiliki sahabat sebaik Vita yang rela mendengarkan setiap curahan hatinya, bahkan saat Vita bersedia untuk mendekatkan Masa dan Hana. Semua masih tertulis dengan jelas.
Tapi setelah itu ada beberapa halaman yang kosong, hingga pada beberapa halaman kemudian Vita cukup terkesiap dengan isi diary tersebut yang menuliskan bahwa betapa dia hancur saat mengetahui sahabatnya Vita kini telah menjalin hubungan dengan pria yang dicintainya yaitu Masa. Betapa dia berusaha sekuat tenaga untuk menutupi perasaannya selama ini. Betapa dia hancur mengetahui semuanya. Tertulis dengan jelas pula “waktu akan menjawab semua penantian dan kini penantian itu sia-sia”.

Tanpa disadari Vita meneteskan air mata membaca semuanya, Vita merasa sudah melakukan hal yang burukpada sahabatnya Hana, Vita merasa bahwa dialah penyebab perubahan terbesar pada diri Hana. Lalu entah dari mana datangnya tiba-tiba Hana muncul dan melihat buku yang berada dalam genggaman Vita. Vita tak tahu harus berbuat apa lagi. Dia hanya mampu menangis. Dalam tangisnya Vita berkata “Hana .. maaf” ujarnya sambil terisak. Hana hanya menjawab “sudahlah Vita, tak ada yang perlu dimaafkan. Kamu enggak salah”.


Sepulangnya Vita dari rumah Hana hingga malam kian larut, Vita tak jua kunjung mengatupkan matanya. Vita hanya terus menangis mengingat perlakuannya pada sahabatnya. Meskipun Hana berkata dia baik-baik saja, ternyata adalah agar Vita tak perlu mencemaskannya. Selain dari pada itu, satu hal yang semakin membuat hatinya terluka adalah dihalaman terakhir tertulis besar-besar kalimat “Kak Masa, Isyarat cintaku tak jua kah kau menyadarinya?”
Vita lantas segera meraih telepon genggamnya dan mengetik sebuah pesan singkat lalu mengirimkannya pada Masa. Setelah laporan terkirim masuk, Vita lantas berujar “Semoga ini keputusan terbaik”.

Esoknya disekolah Masa benar-benar ingin segera menemui Vita dikarenakan pesan singkat yang dikirimkan Vita padanya tadi malam. Tanpa alasan yang jelas Vita tiba-tiba meminta untuk mengakhiri hubungan mereka yang masih seumur jagung.

Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu datang juga, Vita muncul bersamaan dengan Hana. Lantas tanpa menunggu lama Masa segera menghampiri mereka dan berkata “ Dek, kakak mau ngomong soal sms tadi malam” ujar Masa singkat.
Hana menimpali “Eh, Vit, aku masuk duluan ya..”.
“Enggak Han, kamu disini aja, ini ada hubungannya dengan kamu” jawab Vita yang membuat Hana dan Masa kebingungan.
“Ada hubungannya gimana maksud kamu dek?” tanya Masa heran.
“Iya, kita enggak bisa ngelanjutin hubungan kita lagi kak, aku enggak bisa mempertahankan hubungan diatas derita orang lain. Apalagi orang itu sahabat aku sendiri” jawab Vita.
“maksud kamu apa?” tanya Hana dan Masa hampir bersamaan.

Vita pun menjelaskan semua kejadiannya dari awal. Hana hanya mendengarkan sambil berlinang air mata. Sedang Masa mendengar seakan tak percaya. Setelah Vita selesai menjelaskan semua, Masa lantas berujar “ ya udah, kalau memang hubungan kita jadi aneh gini, kalau memang ada orang yang terluka karena hubungan kita, hubungan kita berakhir saat ini juga. Baiknya sekarang kita berteman aja. Hubungan kita tetap sebagai kakak dan adik. Mungkin ini lebih baik buat kita semua. Buat Hana makasih atas perasaan kamu selama ini, maaf kalau kakak mengabaikan kamu, maaf kalau kakak udah nyakitin kamu dan buat Vita, terimakasih udah ada buat kakak” ujar Masa bijak.
“Aku eggak tahu harus berkata apa lagi, mungki memang ini jalan terbaik buat kita dan buat persahabatan aku sama Hana. Aku enggak mau kehilangan sahabat seperti Hana” jawab Vita menimpali.

Langit kini mendadak mendung, semendung hati tiga anak manusia yang berusaha berjalan menapaki hidup selanjutnya. Begitulah cinta, datang secara tiba-tiba dan pergi meninggalkan bekas. Kini mereka memutuskan untuk tidak melibatkan perasaan apa – apa dalam hubungan “kakak-adik” mereka. Setidaknya, hingga waktu menyembuhkan setiap luka dan penantian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar